Sebagai
warga Sumut, tentu bangga dengan icon baru bandar udara internasional Kuala
Namu yang konon bandara terbesar di Asia Tenggara. Belum sepekan semenjak pengoperasiannya,
kembali kujejakkan kaki untuk ketiga kalinya di
bandara yang
menelan dana 5,5 trilyun rupiah itu
Hampir semua sudut membutuhkan penyempurnaan terutama mengingat musim mudik Lebaran 2013 sedang dimulai. Sebut saja terminal cargo, pos beacukai, tim sar, termasuk instalasi listrik yang belum menjangkau semua tempat tercatat alfa di buku absen. Mungkin bagi sebagian khalayak ini bisa ditolerir. Judulnya saja pindah....
Mirisnya sebelum mulai beroperasi tertanggal 25 Juli lalu, kabar kemegahan Kuala Namu menjadi magnet bagi para pengembang usaha khususnya penggelut property, menyemut membentuk sarang baru tidak jauh dari objek ini. Hitungan kasar saja 20 ribu " musafir langit" meninggalkan jejak pendaratan di sini. So pasti, lahan empuk peluang usaha terbuka lebar tentu menambah deretan atap gubah baru tidak lama lagi
Tidak dipungkiri peningkatan jumlah penumpang meningkat tiap tahun, kisaran angka 4 hingga 5 persen pertahun saat di bandara penduhulunya, apalagi dengan daya tampung Kuala Namu sekarang cukup menggoda bagi maskapai menambah rute baru minimal pertambahan jumlah penerbangan
Tentu juga sepakat jika dengan kelancaran tranportasi ke Medan kota tersibuk di Sumatera maupun kota sekitarnya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi
Namun jika tata ruang sekitar Kuala Namu dalam lima tahun ke depan sama dengan bandara sebelumnya yang kini menyandang nama baru pangkalan udara Soewondo, tentu saja menjanjikan PR berjudul “merepotkan”. Mudah-mudahan pepohonan penghuni lama eks HGU PTPN II ini tidak diganti keangkuhan gedung-gedung pencakar langit lalu kelak disebut si pengancam keselamatan penerbangan
Hampir semua sudut membutuhkan penyempurnaan terutama mengingat musim mudik Lebaran 2013 sedang dimulai. Sebut saja terminal cargo, pos beacukai, tim sar, termasuk instalasi listrik yang belum menjangkau semua tempat tercatat alfa di buku absen. Mungkin bagi sebagian khalayak ini bisa ditolerir. Judulnya saja pindah....
Mirisnya sebelum mulai beroperasi tertanggal 25 Juli lalu, kabar kemegahan Kuala Namu menjadi magnet bagi para pengembang usaha khususnya penggelut property, menyemut membentuk sarang baru tidak jauh dari objek ini. Hitungan kasar saja 20 ribu " musafir langit" meninggalkan jejak pendaratan di sini. So pasti, lahan empuk peluang usaha terbuka lebar tentu menambah deretan atap gubah baru tidak lama lagi
Tidak dipungkiri peningkatan jumlah penumpang meningkat tiap tahun, kisaran angka 4 hingga 5 persen pertahun saat di bandara penduhulunya, apalagi dengan daya tampung Kuala Namu sekarang cukup menggoda bagi maskapai menambah rute baru minimal pertambahan jumlah penerbangan
Tentu juga sepakat jika dengan kelancaran tranportasi ke Medan kota tersibuk di Sumatera maupun kota sekitarnya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi
Namun jika tata ruang sekitar Kuala Namu dalam lima tahun ke depan sama dengan bandara sebelumnya yang kini menyandang nama baru pangkalan udara Soewondo, tentu saja menjanjikan PR berjudul “merepotkan”. Mudah-mudahan pepohonan penghuni lama eks HGU PTPN II ini tidak diganti keangkuhan gedung-gedung pencakar langit lalu kelak disebut si pengancam keselamatan penerbangan
Tanggung jawab menjaga dan merawat bagian dalam aset semahal ini tidak hanya dituntut pada publik selaku pengguna sarana, tapi bagian luarnya juga harus
dibungkus oleh tangan-tangan mereka para pemegang kebijakan agar Kuala Namu tak
"Dipoloniakan" 10 atau 20 tahun mendatang.
Semoga keresahan ini tak pernah terjadi......welcome Kuala Namu
Semoga keresahan ini tak pernah terjadi......welcome Kuala Namu
Planolog nyasar/ 29 Juli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar