Setitik Jejak Pena

gerututinta…

Sebut saja itu nama halaman ini, si penerus tahta singgasana dari blog sebelumnya. Leluhurnya bergelar CERUTUTIUP tutup usia terbunuh racun venomoria diretas para pemukim dunia maya.

Foto profil si penggerutu tinta sengaja tidak dipasang, bukan karena kehilangan identitas akibat wafatnya si cerututiup, tapi karena terlalu banyak julukan dari para shohib.

Yah…perkenalkan, sebagian shohib memanggilku Tulus, ada juga menyebut Almaidany, sebagian lagi memanggilku Uut. Nama belakangku Lubis, marga sekaligus identitas penting. Karena bukan sedang sensus, nomor KTP/ SIM atau passpor nampaknya tidak layak dicantumkan di sini :) yang pasti nama asli terselip pada nama halaman ini, so…terserah memanggil nama yang mana yang penting halal :)

Jumat, 26 Juli 2013

Mengenal Kesempurnaan Sejati

Hidup memang mengajarkan agar selalu menyempurnakan yang belum sempurna sekalipun tak akan pernah sempurna.
Bisa saja hari ini dipandang sempurna, namun tidak untuk besok dan seterusnya, atau bisa saja hari esok kesempurnaan itu datang tapi terlambat
“Kalau menunggu kesiapan, mungkin hingga jerawatku tidak lagi tumbuh tetap saja tak ada kata siap” katamu saat itu beralanalogi yang membuatku tersungging. Bagiku yang penting apapun yang akhirnya diputuskan pasti melalui pertimbangan, walaupun tidak kuketahui jenis “timbangan” apa yang engkau gunakan saat itu
“Jauh dari apa saja yang dibenakku…” sejurus tampak kedua telapak tanganmu mengepalkan kekesalan yang terpendam. 
Dan memang apa yang engkau getirkan sekarang pernah singgah di pikiranku saat keputusan itu engkau sampaikan lalu dua bulan kemudian terikrar dalam sebuah janji sakral dan suci
Aku memang tidak seberani dirimu, perempuan yang mengakhiri petualangan kesendiriannya di usia kita yang hanya terpaut sebulan. Sedang aku masih menikmati kesendirian menjelang 27 tahun, yang bagi sebagian orang menganggapnya cukup matang
Dan aku tak berkemampuan lebih dalam menghentikan air matamu, atau sejenak menenangkan hatimu mengusir kegelisahan yang mendera. Sebab aku sangat buta menyangkut permasalahan sepasang insan dengan ikatan cincin pernikahan, yang memang belum pernah kujalani. Bagiku apa yang engkau hadapi justru menjadi ketakutan

"Ternyata dia tidak sesabar yang kulihat
Ternyata dia pemarah
Dia sering lalai dari kewajibannya
Ternyata dia keras kepala
Ternyata dia pemalas
Ternyata dia kasar
Ternyata dia tega memukulku…"
“Dan ternyata”….berulang kudengar di antara mata yang berair masih menahan kekesalan
Sob…


Memang begitulah jika masih bernama makhluk. Semakin lebih dekat mengenalnya makin banyak kekecewaan. Awalnya mungkin saja ia sosok sempurna di sisi bagian mata dan pikiranmu. Namun seiring waktu dan langkahmu bersamanya ada saja kerikil yang menyambar membuatmu berubah pikiran tentang “ukuran” kesempurnaan bergeser ke zona tak menyenangkan

Berbeda dengan engkau mengenal sang Pencipta…semakin kita dekat  mengenal-Nya, Ia makin sempurna dan jauh dari kekecewaan. Maka dekatilah Dia, akrabilah Dia, sebab kesempurnaan sejati yang tidak mengecewakan hanya ada pada-Nya. Sampaikan rintik kekecewanmu hari ini pada-Nya dan pasrahkan sepenuhnya.

26 Juli, Warkop Jurnalis 

Tidak ada komentar: