Setitik Jejak Pena

gerututinta…

Sebut saja itu nama halaman ini, si penerus tahta singgasana dari blog sebelumnya. Leluhurnya bergelar CERUTUTIUP tutup usia terbunuh racun venomoria diretas para pemukim dunia maya.

Foto profil si penggerutu tinta sengaja tidak dipasang, bukan karena kehilangan identitas akibat wafatnya si cerututiup, tapi karena terlalu banyak julukan dari para shohib.

Yah…perkenalkan, sebagian shohib memanggilku Tulus, ada juga menyebut Almaidany, sebagian lagi memanggilku Uut. Nama belakangku Lubis, marga sekaligus identitas penting. Karena bukan sedang sensus, nomor KTP/ SIM atau passpor nampaknya tidak layak dicantumkan di sini :) yang pasti nama asli terselip pada nama halaman ini, so…terserah memanggil nama yang mana yang penting halal :)

Minggu, 28 Juli 2013

Petaka Baru si “Perubahan”

Mengapa harus berubah?
perubahan adalah lorong-lorong pembelajaran yang bertaut dengan manifestasi prinsip sebab setiap hari waktu mengajarkan perbedaan yang tidak mungkin disatukan dengan satu sisi narasi. Berubah bukan tidak bersiteguh.

Berubah, berpindah, adalah masa transisi mendalam dari semua pelaksanaan.
Aplikatifkah pengerjaan yang hanya sekedar ikut-ikutan tanpa menelusuri lebih dalam apa tujuan serta definisinya?,
bukankah ada perintah tidak menjadi pentaklid buta atau sekedar ikut-ikutan?,
bukankah setiap perkara ada sejarah yang perlu digali, disilsilahi dan dipilah??

Jika saja semua wajib menjadi ikutan tentu manusia tak dianugerahi akal. Pemasif akan selalu jadi pengekor mereka yang aktif. Membebek menuruti jalan si pembawa kafilah namun tidak jelas asal usul rangkaian perjalanannya

Sungguh, bukan ingin menjadi bagian kaum rasionalis, penalar awal hingga ujung kehidupan sang Pencipta

Jika masih diijinkan meminjam istilah, bukankah ada perintah berijtihad sebab tidak semua persoalan membersamai jawaban di atas patokan dalil

Ibarat alam yang pasti juga berubah, dari musim ke musim, dari waktu ke waktu tentu itu juga bagian fitrah dan tak seorang pun mampu membatahnya

Jika merubah langkah setelah diselimuti keraguan adalah petaka, rasanya masih bisa meminjam “Da’ maa yuribuk ilaa ma laa yuribuk” “tinggalkan apa yang meragukan menuju yang tidak meragukan”

Hijrah, pindah, bukan hanya slogan sematan milik partai politik. Atau jika masih bisa meminjam dua kata “hatta yughoyyir” yang berarti  “hingga merubah” barangkali akan lebih relevan jika dijadikan bahan pertimbangan berikutnya

Rasanya dalil tidak pernah diberi pembatasan untuk kaum apapun, jika aku si peminjam kalimat dan kata di atas memang tidak lagi dalam lingkaran pengiltizamnya

Yunani bukan Roma, dan Yaman tidak akan pernah menjadi Saudi. sedang matahari selalu berufuk baru di peredaran tata surya. Dan jika aku tetap berdiri dengan kedua kaki sedang sekelilingku bergerak, itu artinya aku tenggelam dan aku sendiri, tanpa juluran tangan ikutanku

Just for “manusia penghakim”
Loneliness series, kamar jalang/ 28 Juli 2013

Tidak ada komentar: