Setitik Jejak Pena

gerututinta…

Sebut saja itu nama halaman ini, si penerus tahta singgasana dari blog sebelumnya. Leluhurnya bergelar CERUTUTIUP tutup usia terbunuh racun venomoria diretas para pemukim dunia maya.

Foto profil si penggerutu tinta sengaja tidak dipasang, bukan karena kehilangan identitas akibat wafatnya si cerututiup, tapi karena terlalu banyak julukan dari para shohib.

Yah…perkenalkan, sebagian shohib memanggilku Tulus, ada juga menyebut Almaidany, sebagian lagi memanggilku Uut. Nama belakangku Lubis, marga sekaligus identitas penting. Karena bukan sedang sensus, nomor KTP/ SIM atau passpor nampaknya tidak layak dicantumkan di sini :) yang pasti nama asli terselip pada nama halaman ini, so…terserah memanggil nama yang mana yang penting halal :)

Selasa, 13 Agustus 2013

Yuk, Kenalan dengan SCTV Mancanegara....


23 Tahun SCTV jatuh pada 24 Agustus 2013, hanya sekedar sharing tentang nama SCTV berslogan Satu Untuk Semua. Tulisan ini muncul mengingat nama SCTV tidak hanya di Indonesia, enam stasiun televisi di mancanegara juga bernama SCTV, ini belum termasuk nama SCTV untuk penyedia layanan khusus konten internet televisi seperti SCTV Sport Café Television dan SCTV Siena College Television (media televisi yang didirikan Universitas Siena, di Loudonville, New York, Amerika Serikat)

Berawal menghadiri undangan dari seorang teman pengurus organisasi kewartawanan pada kegiatan workshop Journalism Without Borders di negara tetangga sekitar enam bulan lalu, undangan peserta dikirim melalui email untuk diprint out. Tanpa pikir panjang, jadilah berangkat tanpa memperhatikan detail schedule acara

Nyatanya tak sebatas workshop biasa. Workshop dihadiri 80 orang, berpesertakan para reporter dari luar negeri jiran, tadinya terbayang di benak kondisinya mungkin tak jauh beda dengan workshop wartawan televisi di Indonesia. Sedihnya ternyata undangan lainnya dari media televisi Indonesia justru tidak hadir

Sungguh makin di luar dugaan, pada sesi perkenalan seorang reporter memperkenalkan dirinya dari  SCTV, jika saja di Indonesia bisa saja spontanitas disebut SCTV gadungan. Tapi opppsss..ini bukan sedang di Indonesia, so…siapa mereka

Ternyata pemilik nama SCTV tidak hanya Surya Citra Televisi. Kepanjangan boleh berbeda, tetapi akronimnya tetap satu yaitu SCTV. Masing-masing reporter punya kisah sendiri. Dimulai pengalaman liputan di negara mereka, issu internasional yang berkembang hingga suasana di kantor masing-masing. Terlalu asyik mendengar cerita mereka di podium, baru sadar akan tiba giliran memperkenalkan diri  juga sebagaimana dua wartawan SCTV luar negeri bergiliran lebih dulu
SCTV dan "rekan-rekannya"

Bingung bagaimana menceritakan suasana kantor SCTV Indonesia kepada mereka, menginjakkan kaki di lift Senayan City saja tidak pernah, bagaimana menggambarkan suasana kantor wartawan televisi nasional di Indonesia dengan kantor pusat di Jakarta, tapi tidak pernah mengenal kantornya setelah bertugas lima tahun?

Terpaksa menjadi nekater, bercerita berdasarkan isi sejarah setelah sejenak bersemedi bermohon mbah Google memberi wangsit tentang sejarah SCTV (dulu singkatan dari Surabaya Centra Televisi), sambil memutar ingatan berita bombastis Liputan6 mulai pertama kali mengudara di bawah komando Sumitha Tobing. Setelah memperkenalkan diri dari SCTV Indonesia, mengalirlah cerita tanpa persiapan bermodalkan wangsit dari mbah Google, menyimpan sejenak rasa penasaran cikal bakal nama SCTV di mancanegara

Lepas dua sesi, acara break. Penasaran nama SCTV selain Surya Citra Televisi memaksa kaki mendekati reporter SCTV Vietnam, sekedar basa basi, dan memang benar ID cardnya betul bertuliskan SCTV tapi beda logo dengan Surya Citra Televisi. Awalnya sulit menerima jika ini kebetulan, setelah kembali ke meja workshop, penasaran tingkat tinggi memaksa kembali bersemedi melihat penerawangan mbah Google

Kata Shakespear; apalah arti sebuah nama…
Kata Pipit Senja, penulis asal Palembang; Apapun Namanya Melati Tetap Harum. Inilah stasiun Televisi yang juga bernama SCTV….cekedot
  1. SCTV Canada (Second City Television)
Berbasis Televisi komedi. Namanya saja televisi  komedi program beritanya juga jadi berbasis komedi. Apa yang membuat televisi ini popular dan efektif menjangkau kalangan di negara asalnya adalah bagaimana SCTV Canada menggabungkan sebuah cerita yang melibatkan karakter fiksi dengan subjek kehidupan nyata. Pada masa itu parodi komedi masih asing bagi banyak pemirsa

Second City TV Canada
Awalnya Second City terbentuk dari kelompok teater komedi pada Desember 1959. Namun di luar dugaan teater kabaret kecil itu sangat berpengaruh hingga menjadi station pemograman di Toronto pada awal 1973, kemudian meluaskan sayapnya ke Ontorio Selatan pada pertengahan 1976 dengan mempertahankan genre komedinya. Walaupun bergenre komedi, SCTV  Canada juga punya program berita kebanggaan bernama Nightline Melonville. Sifatnya tetap berita fiksi dengan dua Anchor diperankan Flaherty sebagai sebagai penyiar berita yang alkoholik.
Pose anchor  SCTV Canada saat membawakan berita fiksi
Terdapat banyak perselisihan mengenai siapa pendiri SCTV Canada. Sebagian menyebut pencetusnya adalah Bernard Sahlins dan Andrew Alexander. Seiring makin banyaknya penggemar, Second City Television terus berinovasi antara lain memperkenalkan pada pemirsa SCTV tidak hanya stasiun pemrograman, tetapi juga untuk stasiun backstage intrik. Inovasi ini pun berkembang secara eksponensial ketika NBC (National Broadcasting Company) yang berbasis di Amerika Serikat menyiarkan program Second City Television pada tahun 1981

Jejak NBC ternyata ditiru oleh Global TV Canada dan Canadian Broadcasting Copporation (CBC).
Tahun 1981-1983 adalah era keemasan bagi Second City sebelum akhirnya bubar akibat kemelut perusahaan. Beberapa program acaranya yang spektakuler, termasuk program berita fiksi stasiun TV ini dibuat menjadi 12 keping DVD agar tetap bisa dinikmati 
  1.  SCTV Australia (Southern Cross Television)
Southern Cross Television atau SCTV Tasmania, merupakan jaringan televisi Australia yang tersedia di Tasmania, Darwin, daerah Selatan Australia, Timur Australia dan Pulau Norfolk. Nah, walaupun pada 5 November 2007, Southern Cross televisi resmi dibeli oleh Macquarie Media Group, ternyata nama SCTV tetap lebih tenar dibanding nama Networknya Southern Cross Ten dengan perubahan slogan dari “Your Favourite, Your Stasion” menjadi “Seriously Ten”

Southern Cross dimulai pada tahun 1982 sebagai jaringan kecil dari tiga stasiun di daerah Victoria. Southern Cross beberapa kali berganti pemilik, pernah dibeli Spencer Telecasters pada bulan April 2002 sebelum akhirnya dibeli Macquarie Media Group , Southern Cross dan Win Corporation bergabung untuk membuat Televisi Digital Tasmania (TDT), yang diluncurkan pada akhir 2003. TDT adalah satu-satunya sepuluh jaringan Southern Cross televisi yang mengoperasikan transmisi stasiun pada saat itu

Jika SCTV terkenal dengan program Newsnya Liputan6 Aktual, Tajam, Terpercaya yang melegenda, Tasmania dikenal dengan program Southern Cross News, ada juga program Buletin Tasmania, acara ini dipancar luaskan dari studio mereka di Launceston,

Southern Cross televisi tersedia di analog PAL dan format digital definisi standar. Jaringan tersedia terutama melalui pemancar darat free-to-air, dengan transmisi satelit dinikmati kawasan Remote Tengah serta Timur Australia.
  1. SCTV Vietnam (Saigontourist Cable Television)
Kita ke Vietnam saudara….
SCTV Vietnam adalah singkatan dari Saigontourist Cable Television, pelopor penyedia televisi kabel di Vietnam. Televisi ini mengklaim diminati lebih dari satu juta pelanggan televise cable di Vietnam dan sekitarnya. Angka ini bertambah pesat berkali lipat dari tahun 2000 yang hanya diminati 2500 pelanggan saja

Televisi berslogan Lively at any moment  ini terus mengembangkan sayap. Baru-baru ini, SCTV telah siaran lebih dari 70 saluran analog, 123 saluran TV digital termasuk 15 saluran HD (High Definition) berkualitas tinggi #bukanpromosi
 
SCTV Vietnam
Bedanya dengan Surya Citra Televisi yang kita banggakan, SCTV Vietnam menjadi perusahaan pemerintah setempat pada tahun 1994, SCTV Vietnam berdiri pada 27 Agustus 1992 (beda 3 hari dari HUT SCTV Indonesia). Saat itu sifatnya masih perusahaan patungan didirikan oleh komite rakyat kota Ho Chi Minh. Hal ini mengingatkan kita pada Liputan6 yang pernah akan diambil alih oleh pemerintah era Presiden Habibi. Namun karena kekompakan bos-bos saat itu, Liputan 6 tetap independent….Hebaaaaaatttt

Pada 2 Desember 1994, SCTV kabel Vietnam didaulat menjadi perusahaan televisi pemerintah Vietnam atas keputusan No. 08/QD–UB Komite Presiden, atas nama rakyat Ho Chi Minh

Kemudian pada tahun 2002 komite rakyat HCM City menyandangkan peringkat SCTV sebagai perusahaan tingkat pertama pemerintahan sistem perusahaan berdasarkan Keputusan No. 3607/QD–UB dikeluarkan pada 04 September 2002.

Perkembangan pesat yang diraih semenjak berdiri berhasil membawa SCTV Vietnam dianugerahi Medali tenaga kerja peringkat ketiga oleh Presiden Republik Sosialis Vietnam pada tahun 2008 lalu. Upaya menarik pelanggan dari jejaring dunia maya juga ditingkatkan diantaranya berafiliasi dengan beberapa perusahaan telekomunikasi setempat
Selain nama SCTV, ANTV juga ada di Vietnam. Tapi bukan PT Andalas Televisi yang pemrednya Uni Lubis. ANTV Vietnam adalah saluran televisi di Kementrian Keamanan Publik Vietnam. ANTV Vietnam mulai tayang 1 Desember 2011

Anchor ANTV Vietnam

  4. SCTV Irlandia (SouthCoast Television)
SouthCoast Television didirikan pada tahun 1985 sebagai proyek televisi untuk masyarakat Carrigaline yang  menyediakan layanan TV multi-channel kepada  masyarakat yang bermukim di Carrigaline, ini dikarenakan masyarakat setempat kesulitan menjangkau siaran televise selain televise milik pemerintah Irlandia
Layanan dioperasikan menggunakan antena array, didirikan di pegunungan Comeragh, yang kemudian diteruskan ke Carrigaline untuk lebih lanjut transmisi di sekitar negara Irlandia.


SCTV yang ini tidak berkembang pesat seperti dua profil SCTV di atas. Meski pengembangnya sempat memperluas jangkauan dengan digital satelit yang diperkenalkan pada tahun 2001 dengan BBC satu Irlandia Utara menggantikan BBC satu Wales. Maklum saja, layanan pemancar stasiun ini awalnya hanya didukung energy beterai traktor. Itupun mengandalkan sukarelawan untuk menggantinya dalam beberapa hari sekali.

SCTV Digital bangkrut pada pertengahan tahun 2010 karena kritikan penonton akan biaya yang dikenakan terlalu mahal dibandingkan dengan televisi layanan Irlandia lainnya. Transmisi saluran premium berhenti di bulan Juni 2010, dan digantikan oleh sebuah pesan yang memberitahu pemirsa adalah mematikan. Layanan sepenuhnya ditutup pada musim gugur 2010. Dengan kata lain SCTV yang ini sudah almarhum

  5. SCTV China (SiChuan Television)
Kita kembali ke Asia saudara….
Sichuan TV China, nah yang ini stasiun televisi berbahasa Mandarin. Nama asingnya SiChuan TV, induk sebuah group perusahaan yang juga berbasis media informasi. Di antaranya Radio, majalah, surat kabar  dan situs berita online. Perusahaan berslogan “Cinta China” ini beberapa kali berganti manajeman. Dapat dinikmati diseluruh China. Jika berlangganan bisa juga dinikmati di Asia Tenggara melalui layanan televisi kabel.
Semenjak berubah manajemen pada Agustus 2003 lalu, SiChuan TV menitikberatkan progam hiburan sebagai acara andalannya. 

Anchor SCTV China

Tayangan SCTV China
  6. SCTV Salem Community Television.
Yang ini berbasis televisi komunitas keagamaan yang menyiarkan kebaktian dan talkshow kerohanian. Tapi agak susah mencari refrensi untuk mengetahui profil selanjutnya, barangkali bisa minta tolong sama mbah Google lagi
situs Salem Community Television
Dari berbagai sumber…salam Surya Citra Televisi.....!!!!


Senin, 12 Agustus 2013

Mencuri Semangat Pesepak Bola

Penggemar sepak bola jauh lebih banyak dibanding olah raga lain. Tak heran jika atribut olah raga yang satu ini laris manis, mulai dari tontonannya, game di PS, pernak pernik kostum pemain hingga situs judi bola selalu digandrungi penggila bola. Namun tak semua penggemar mau mengambil semangat dari pemain maupun club yang diidolakannya

Kebetulan saya bukan penggemar sepak bola dan tidak mengerti banyak soal dunia bola. Tapi tak ada salahnya jika ingin mencoba meniru semangat para pemain saat berlaga di lapangan hijau, memperebutkan bukan hanya sekedar gelar juara tapi juga dedikasi sebagai pemain dibarengi kerja sama tim. Nah, apa bedanya dengan semangat kerja kita?

Ambisi menyaksikan sepakbola saat final kompetisi berlangsung kerap diperjuangkan walau harus begadang mengorbankan waktu istirahat. Saat final berakhir, praktek dokter jadi sasaran berikutnya diakibatkan unfit syndrome akibat begadang berhari-hari. Bahkan tak jarang supporter berakhir babak belur di luar lapangan akibat fanatisme bercampur semangat membela kesebelasan kebanggaannya

Melihat ambisi setiap pemain menciptakan gol di gawang lawan adalah semangat yang patut ditiru oleh siapapun. Bukankah setiap pemain juga professional, mereka berjuang untuk disebut atlit pesepak bola apalagi untuk bermain di club sepokbola kenamaan. Perjalanan berliku mulai dari ketekunan berlatih dari usia dini, sekolah sepak bola dengan biaya yang tidak sedikit, hingga melengkapi fasilitas layaknya sebagaimana kita kuliah menuntut ilmu dan kelak diaplikasikan di dunia kerja.

Dalam sebuah permainan keras, tak jarang pemain harus keluar lapangan digantikan oleh pemain lain tentu keputusan sang pelatih dan manajer mungkin karena dianggap kurang berkontribusi positif dalam permainan, kurang menciptakan strategi serangan atau juga karena cidera yang mewajibkan sang pemain istirahat total hingga bermusim-musim.

Kebijakan pelatih dan manajer mengganti pemain dengan pemain cadangan harusnya menguntungkan, bukankah ia bisa lebih banyak beristirahat, tentu juga jam kerjanya terpotong. Lantas, bukan raut wajah senang berseri-seri yang terlihat saat pemain diganti, sebaliknya wajah kecewa sambil berlari kecil menuju wasit dan pemain cadangan penggantinya, sembari berpelukan hangat menitipkan semangatnya yang masih menggelora namun berakhir di tempat duduk istirahat

Bukan sekedar skill mumpuni dari seorang Christian Ronaldo, Lionel Messi, atau Bambang Pamungkas (biarin jauh banget) yang patut diteladani, tapi semangat dan kesungguhan mereka hingga menyabet gelar bintang lapangan atau pemain termahal di club terkaya, dan BP sebagai pentolan timnas.

Bukan sekedar gaji dengan bayaran tinggi yang membuat mereka begitu semangat, tapi kecintaan terhadap club sepakbola itu yang harusnya kita contoh. Lihatlah bagaimana ekspresi kemenangan saat seorang pemain berhasil menciptakan gol. Berlari sekencang-kencangnya menuju tribun mencari supporter sambil berekspresi gembira atas kemenangan yang dicapai oleh kerja keras tim hingga mempersempahkan prestasi terbaik untuk klubnya, lalu dihadiahi peluk dan cium pemain kesebelasan yang mengejarnya dari belakang, sambil mencium logo club kebanggaannya. (nonton bola kalau pas golnya doank)

Pernahkah terbayangkan, saat kita puas dengan hasil kerja di atas target, berhasil memenangkan kompetisi, atau sekedar menaklukkan sebuah tugas teralot dalam hidup, lalu berekspresi layaknya pemain sepak bola kebanggaan kita? Mencium logo perusahaan, lalu berpelukan hangat dengan sesama rekan kerja  membagi semangat agar menghasilkan karya-karya baru nan mengesankan dan menciptakan prestasi baru dengan kebersamaan?

Semoga kita tidak termasuk orang yang hanya akan bekerja maksimal jika ditonton, dilihat dan digemari orang banyak. Mari bekerja karena mencintai profesi dan ingin memberikan yang terbaik bagi tempat kita bekerja

Apa beda semangat mereka dan kita?

D'Insomnier, terinspirasi melihat keasyikan shohib +Rudi Hermansyah, 12 Agustus 2013 (semangat yuk sob)


Minggu, 11 Agustus 2013

Tamparan Keras di Hari Lebaran

Sejenak terkesima membaca pesan elektronik dari seorang teman yang sedang menyelesaikan studinya di Yaman. Kulirik ponsel yang sedari tadi kudiamkan, indikator user namenya hijau, pertanda dia sedang online. Kucoba menyapanya mengucapkan salam
“Ied Mubarak akhi…kullu ‘am wa antum bikhoir”

Lima menit kemudian dijawabnya pesanku. Kuajak dia berdialog tentang suasana Lebaran di sana. Dikirimkannnya pesan emotion crying yang membuatku mengernyitkan dahi. Sejenak dalam benakku terpikir ia sedang merindukan tanah air, sama seperti aku yang merantau jauh dari keluarga, 12 tahun terakhir tidak pernah berkumpul dalam suasana Lebaran. Pulang sesekali dalam suasana bukan Lebaran seperti saat ini

“Limadza?” (kenapa) balasku

“Suasana Ied di sini mengharukan.” Suasana konflik kemanusiaan yang terjadi di daerah itu membawaku pada ceritanya.
“Jangan membayangkan makanan melimpah, sebagaimana kerap terjadi di tanah air. Hampir tak ada bedanya hari biasa dengan hari raya. Sedih bukan karena merindukan opor ayam atau ketupat khas Lebaran di Jepara, tapi karena tamparan keras dari mata hingga ubun-ubunku”

Lalu?

“Aku baru saja kena tamparan keras melihat saudara-saudara di sini tetap tersenyum dengan rekahan hati di hari yang hanya sekali setahun, hari besar yang kalau di tanah air sangat dekat dengan kemubadziran.” Kisahnya
Ehm…
“Kamu lagi dimana?” balasnya padaku
“Di kost...”
“Gak pulang ke Solo?” jawabnya lagi.”
“Ehm…gak. Merenung di kost saja lebih indah dan menyejukkan. Tadi selepas sholat Ied aku liputan dan menyaksikan warga di Medan berkumpul bersama keluarganya. Sangat hangat, dimana-mana senyum ceria. Dan aku tidak punya tempat untuk merayakannya kecuali di kost 5x5 meter ini…”

“Tadinya aku merasakan apa yang kamu rasakan. Ingin rasanya terbang melompat kembali ke Jepara, kembali ke pelukan ayah dan ibu. Tapi  ternyata melihat ketegaran dan kekukuhan saudara-saudara di sini, kebersamaan mereka, kehangatan yang timbul bukan dari keluarga dan kerabat mereka, ternyata jauh lebih memberi tamparan keras. Tak ada kue kering balutan mentega, atau bolu yang akan kita lihat seminggu ke depan…”

“Hanya ada beberapa kilo jeruk dari kebun sesepuh pendiri sekolah ini yang dibagikan kepada kami. Dan baru saja kami menikmati santap siang bersama. Seekor domba peliharaan teman dari Damman dihadiahkan untuk kami nikmati bersama, bayangkan satu domba ukuran sedang dibagi untuk 100 orang...”

“Bayangan mewahnya merayakan Lebaran terlalu tinggi di benakku. Saat kudapati serba kekurangan dan aku terhempas keras melihat keadaanya nyata. Malu bersungut di tengah ketegaran mereka. Tak ada rasa kekurangan, kebersamaan mereka di tengah air mata, darah, kehilangan saudara, ibu, istri dan suami yang tidak mungkin disatukan lagi dalam Lebaran mendatang itu yang membuat aku tertampar. Sungguh kebersamaan mereka saling menghibur satu sama lain, saling berbagi di tengah kekurangan, mengorbankan domba peliharaan untuk 100 orang tidak akan terbeli materi, padahal ini bukan sedang Idul Adha. Dan kondisi ini yang ke tiga kalinya saat Idul Fitri. Semua seperti menyadari, Lebaran bukan menjadikan kita sebagai penganut agama musiman, taat di saat Ramadhan, tapi ingkar sesudah 1 Syawal…”

“Maafkan aku…aku yang tidak bersyukur. Terlalu terbawa ke alam egoisentris di sini”. balasku
“Nanti kita sambung, aku dipanggil teman-teman. Mudah-mudahan ada sisa makanan lain yang akan dibagi. Doakan aku segera diwisuda dan kembali ke tanah air...”

“Ma’akan najah” (semoga sukses) balasku

Dzaki...bukan cuma kamu yang dapat tamparan keras. Ya…aku juga tertohok dan hanya bisa terduduk di dinding kamarku menyadari ketidak bersyukuranku membaca ceritamu. Kenapa harus menenggelamkan diri melihat kebersamaan orang lain dengan keluarganya, merasa sedih sendiri, saat semua rekan dan karib berkumpul bersama keluarganya? Akhhh….aku yang ingkar. Bukankah aku punya shohib yang memberi ruang untuk sekedar melepas tawa dan mendengar lelucon Lebaran lengkap dengan hidangan Lebarannya di rumah mereka? kenapa harus bermurung hanya karena tidak berkumpul dengan saudara sedarah, bukankah ini Lebaran ke sekian kalinya tanpa mereka??

Kamar diam 1 Syawal