Setitik Jejak Pena

gerututinta…

Sebut saja itu nama halaman ini, si penerus tahta singgasana dari blog sebelumnya. Leluhurnya bergelar CERUTUTIUP tutup usia terbunuh racun venomoria diretas para pemukim dunia maya.

Foto profil si penggerutu tinta sengaja tidak dipasang, bukan karena kehilangan identitas akibat wafatnya si cerututiup, tapi karena terlalu banyak julukan dari para shohib.

Yah…perkenalkan, sebagian shohib memanggilku Tulus, ada juga menyebut Almaidany, sebagian lagi memanggilku Uut. Nama belakangku Lubis, marga sekaligus identitas penting. Karena bukan sedang sensus, nomor KTP/ SIM atau passpor nampaknya tidak layak dicantumkan di sini :) yang pasti nama asli terselip pada nama halaman ini, so…terserah memanggil nama yang mana yang penting halal :)

Senin, 12 Agustus 2013

Mencuri Semangat Pesepak Bola

Penggemar sepak bola jauh lebih banyak dibanding olah raga lain. Tak heran jika atribut olah raga yang satu ini laris manis, mulai dari tontonannya, game di PS, pernak pernik kostum pemain hingga situs judi bola selalu digandrungi penggila bola. Namun tak semua penggemar mau mengambil semangat dari pemain maupun club yang diidolakannya

Kebetulan saya bukan penggemar sepak bola dan tidak mengerti banyak soal dunia bola. Tapi tak ada salahnya jika ingin mencoba meniru semangat para pemain saat berlaga di lapangan hijau, memperebutkan bukan hanya sekedar gelar juara tapi juga dedikasi sebagai pemain dibarengi kerja sama tim. Nah, apa bedanya dengan semangat kerja kita?

Ambisi menyaksikan sepakbola saat final kompetisi berlangsung kerap diperjuangkan walau harus begadang mengorbankan waktu istirahat. Saat final berakhir, praktek dokter jadi sasaran berikutnya diakibatkan unfit syndrome akibat begadang berhari-hari. Bahkan tak jarang supporter berakhir babak belur di luar lapangan akibat fanatisme bercampur semangat membela kesebelasan kebanggaannya

Melihat ambisi setiap pemain menciptakan gol di gawang lawan adalah semangat yang patut ditiru oleh siapapun. Bukankah setiap pemain juga professional, mereka berjuang untuk disebut atlit pesepak bola apalagi untuk bermain di club sepokbola kenamaan. Perjalanan berliku mulai dari ketekunan berlatih dari usia dini, sekolah sepak bola dengan biaya yang tidak sedikit, hingga melengkapi fasilitas layaknya sebagaimana kita kuliah menuntut ilmu dan kelak diaplikasikan di dunia kerja.

Dalam sebuah permainan keras, tak jarang pemain harus keluar lapangan digantikan oleh pemain lain tentu keputusan sang pelatih dan manajer mungkin karena dianggap kurang berkontribusi positif dalam permainan, kurang menciptakan strategi serangan atau juga karena cidera yang mewajibkan sang pemain istirahat total hingga bermusim-musim.

Kebijakan pelatih dan manajer mengganti pemain dengan pemain cadangan harusnya menguntungkan, bukankah ia bisa lebih banyak beristirahat, tentu juga jam kerjanya terpotong. Lantas, bukan raut wajah senang berseri-seri yang terlihat saat pemain diganti, sebaliknya wajah kecewa sambil berlari kecil menuju wasit dan pemain cadangan penggantinya, sembari berpelukan hangat menitipkan semangatnya yang masih menggelora namun berakhir di tempat duduk istirahat

Bukan sekedar skill mumpuni dari seorang Christian Ronaldo, Lionel Messi, atau Bambang Pamungkas (biarin jauh banget) yang patut diteladani, tapi semangat dan kesungguhan mereka hingga menyabet gelar bintang lapangan atau pemain termahal di club terkaya, dan BP sebagai pentolan timnas.

Bukan sekedar gaji dengan bayaran tinggi yang membuat mereka begitu semangat, tapi kecintaan terhadap club sepakbola itu yang harusnya kita contoh. Lihatlah bagaimana ekspresi kemenangan saat seorang pemain berhasil menciptakan gol. Berlari sekencang-kencangnya menuju tribun mencari supporter sambil berekspresi gembira atas kemenangan yang dicapai oleh kerja keras tim hingga mempersempahkan prestasi terbaik untuk klubnya, lalu dihadiahi peluk dan cium pemain kesebelasan yang mengejarnya dari belakang, sambil mencium logo club kebanggaannya. (nonton bola kalau pas golnya doank)

Pernahkah terbayangkan, saat kita puas dengan hasil kerja di atas target, berhasil memenangkan kompetisi, atau sekedar menaklukkan sebuah tugas teralot dalam hidup, lalu berekspresi layaknya pemain sepak bola kebanggaan kita? Mencium logo perusahaan, lalu berpelukan hangat dengan sesama rekan kerja  membagi semangat agar menghasilkan karya-karya baru nan mengesankan dan menciptakan prestasi baru dengan kebersamaan?

Semoga kita tidak termasuk orang yang hanya akan bekerja maksimal jika ditonton, dilihat dan digemari orang banyak. Mari bekerja karena mencintai profesi dan ingin memberikan yang terbaik bagi tempat kita bekerja

Apa beda semangat mereka dan kita?

D'Insomnier, terinspirasi melihat keasyikan shohib +Rudi Hermansyah, 12 Agustus 2013 (semangat yuk sob)


Tidak ada komentar: