Setitik Jejak Pena

gerututinta…

Sebut saja itu nama halaman ini, si penerus tahta singgasana dari blog sebelumnya. Leluhurnya bergelar CERUTUTIUP tutup usia terbunuh racun venomoria diretas para pemukim dunia maya.

Foto profil si penggerutu tinta sengaja tidak dipasang, bukan karena kehilangan identitas akibat wafatnya si cerututiup, tapi karena terlalu banyak julukan dari para shohib.

Yah…perkenalkan, sebagian shohib memanggilku Tulus, ada juga menyebut Almaidany, sebagian lagi memanggilku Uut. Nama belakangku Lubis, marga sekaligus identitas penting. Karena bukan sedang sensus, nomor KTP/ SIM atau passpor nampaknya tidak layak dicantumkan di sini :) yang pasti nama asli terselip pada nama halaman ini, so…terserah memanggil nama yang mana yang penting halal :)

Rabu, 15 Januari 2014

MENGEJA ISYARAT MALAM

Sejenak memandang bebintang di langit. Berharap sapaannya di antara kebekuan hati dan kesemuan benak, berharap terang di antara gelapnya derap,  berharap kemulusan di antara bebatuan.
Cobalah menuangkannya menjadi seutas pesan atau biarkan saja dia pergi bersama dawai malam lalu menangkap senja.
Tidak mudah melenyapkan lebaran aksara yang seolah enggan terlahir menjadi kata singkat. Tapi itulah yang terdengar dari bisikan sayup, di kedalaman sana. Yang ingin beranjak dari jejaring kehuntuannya namun urung karena tersendak pada dimensi ambigu
Ah…kamu terlalu banyak mengeluhkan letih, kuyup dan sayu yang sama dengan mereka yang teretas dengan keputus asaannya. Bukankah kemarin jemarimu melukis kegetiran kan terasa manis saat kau menyeduhnya dengan ombak semangat?
Sungguh mematikan terawangan tajam itu merobek helai nafas, padahal belum semua racun bertemu penawarnya. Tanpa sela jemarimu kembali menulis “saat gula terasa pahit”
Ayolah tatap bintang sejenak di sana, meski jauh bukankah kemilaunya menentramkan jiwa???

Warkop jurnalis 15 Januari 2014

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Makjang, dalam.